Menghormati Guru yang Telah Meninggal Dunia


Menghormati guru adalah bagian dari adab yang harus diajarkan sejak dini kepada setiap generasi. Guru bukan hanya sekadar pengajar yang memberikan ilmu, tetapi juga seorang pembimbing yang menuntun kita menuju kehidupan yang lebih baik. Namun, ketika guru yang telah banyak berjasa dalam hidup kita kembali ke rahmatullah, penghormatan dan doa menjadi kewajiban yang harus terus dilakukan. Salah satu cara untuk menghormati guru yang telah meninggal adalah dengan mengenang jasa baiknya dan selalu mendoakannya dalam setiap kesempatan, termasuk dalam setiap shalat kita.

Salah satu tokoh yang layak dikenang dan dihormati adalah Alm. H. Ahmad Jubeir Marbun, seorang guru yang telah banyak memberikan ilmu dan didikan kepada banyak orang, baik di Pakkat maupun di Pesantren Al Kautsar Al Akbar di Lae Toras Tarabintang. Guru ini tidak hanya mengajarkan pelajaran agama, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual yang mendalam kepada para santri dan murid-muridnya. Meskipun beliau telah wafat, namun pengajaran dan kebaikan beliau tetap hidup dalam kenangan para murid yang pernah belajar dari beliau.

Menuliskan buku biografi guru yang telah meninggal merupakan salah satu cara yang baik untuk mengenang jasa-jasanya. Buku ini dapat berisi cerita tentang perjalanan hidupnya, perjuangannya dalam mengajar, serta dampak positif yang telah diberikan kepada banyak orang. Dengan menulis biografi ini, kita tidak hanya mengenang beliau, tetapi juga memperkenalkan jasa baiknya kepada generasi berikutnya. Hal ini juga bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus menuntut ilmu dan menghormati guru mereka.

Selain itu, mengenang jasa guru juga dapat dilakukan dengan mendoakan beliau dalam setiap shalat kita. Doa untuk orang yang telah meninggal, apalagi bagi seorang guru yang telah banyak memberikan ilmu, adalah salah satu bentuk penghormatan yang sangat mulia. Dalam Islam, mendoakan orang yang telah meninggal merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya" (HR. Muslim).

Selain itu, doa juga merupakan salah satu bentuk amal yang tidak akan terputus meskipun seseorang telah meninggal. Dalam setiap shalat, kita bisa mendoakan guru kita dengan niat yang ikhlas, semoga beliau diberikan tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Doa yang tulus dan ikhlas tidak hanya memberikan pahala bagi kita, tetapi juga memberikan ketenangan dan keberkahan bagi almarhum.

Rasulullah SAW juga mengajarkan kita untuk selalu mendoakan orang yang telah meninggal, terutama guru-guru yang telah memberikan banyak ilmu kepada kita. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang alim meninggal, maka terputuslah ilmu yang bermanfaat bagi umat. Maka berdoalah untuk mereka dan berilah sedekah untuk mereka" (HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan bahwa doa kita untuk guru yang telah meninggal adalah sebuah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam.

Selain doa, bentuk penghormatan lainnya adalah dengan melanjutkan perjuangan mereka dalam menuntut ilmu. Guru yang telah mengajarkan kita ilmu, baik di sekolah maupun pesantren, sangat berharap agar ilmu yang telah diajarkan diteruskan dan diamalkan. Dalam hal ini, kita dapat menghormati guru kita dengan terus menuntut ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain. Dengan demikian, ilmu yang diberikan oleh guru kita akan terus hidup dan memberikan manfaat yang besar bagi umat.

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran, "Dan katakanlah, 'Ya Rabbku, tambahkanlah ilmu kepadaku'" (QS. Taha: 114). Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berdoa kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang kita peroleh dari guru yang telah meninggal akan menjadi bekal bagi kita dalam hidup, dan dengan terus belajar serta mengamalkan ilmu tersebut, kita dapat menghormati guru yang telah mengajarkannya.

Selain itu, kita juga bisa mengenang jasa guru yang telah meninggal dengan mengadakan pengajian atau kegiatan sosial lainnya yang berhubungan dengan ilmu yang mereka ajarkan. Misalnya, mengadakan majelis ilmu atau memperbanyak amalan seperti membaca Al-Quran dan berdoa untuk guru kita. Hal ini dapat menjadi bentuk penghormatan yang sangat berarti bagi mereka, sekaligus sebagai amal jariyah yang tidak akan terputus.

Dalam mengenang guru yang telah meninggal, kita juga bisa melibatkan keluarga dan saudara-saudara kita dalam kegiatan tersebut. Semakin banyak orang yang ikut mendoakan dan mengenang jasa beliau, maka semakin besar pula manfaat yang kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seorang Muslim meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya" (HR. Muslim). Dalam hal ini, kita sebagai murid yang pernah diajar oleh almarhum, memiliki tanggung jawab untuk terus mendoakan beliau.

Terkadang, kita lupa bahwa guru bukan hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga mengajarkan adab dan etika dalam kehidupan. Mereka adalah panutan yang memberi contoh bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai umat Islam. Menghormati guru yang telah meninggal berarti juga menjaga nilai-nilai yang telah diajarkan oleh mereka, baik itu dalam kehidupan sehari-hari, dalam beribadah, maupun dalam hubungan sosial dengan sesama.

Guru yang telah meninggal seperti Alm. H. Ahmad Jubeir Marbun di Pakkat dan Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Lae Toras Tarabintang, telah memberikan banyak ilmu yang berharga kepada para muridnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita sebagai murid menghormati dan mendoakan beliau, agar segala amal baik yang telah beliau ajarkan tetap menjadi berkah bagi kita dan bagi umat.

Dalam mengingat jasa-jasa guru yang telah meninggal, mari kita jadikan mereka sebagai teladan dalam hidup kita. Dengan mengamalkan ilmu yang telah diajarkan dan mendoakan mereka setiap saat, kita tidak hanya menunjukkan rasa terima kasih, tetapi juga memperoleh keberkahan yang terus mengalir. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang tua kami, dan dosa-dosa guru kami" (QS. Ibrahim: 41). Semoga doa kita diterima dan guru kita mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Dibuat oleh AI
Share on Google Plus

About peace

Tidak perlu menjadi seseorang yang serba bisa, tekuni saja salah satu bidang yang paling kamu suka, kemudian jadilah seseorang yang hebat dengan bidang tersebut​..

0 Comments:

Post a Comment